Desa Kawasi, sebuah desa yang kaya akan sumber daya alam, memiliki potensi besar untuk berkembang dan mandiri secara ekonomi. Namun, untuk mencapai hal tersebut, Desa Kawasi perlu membangun sebuah sistem ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk kemakmuran masyarakat Desa Kawasi.
Belajar dari kesuksesan Desa Ponggok yang telah berhasil mengelola sumber dayanya secara inovatif dan berkelanjutan. Desa Ponggok di Kabupaten Klaten, telah menjadi contoh nyata bagaimana desa dapat bertransformasi menjadi desa mandiri dengan mengelola potensi lokal secara optimal. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Desa Ponggok berhasil mengembangkan sektor wisata air dan bisnis lainnya, yang tidak hanya meningkatkan pendapatan desa tetapi juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Beberapa hal yang harus diketahui, sebagai informasi untuk dijadikan sebagai perbadingan dalam hal pengelolaan potensi desa. Informasi ini dirampung oleh kawasiglobal.id diantaranya adalah:
- Desa Ponggok sukses mengelola sumber daya alam secara mandiri tanpa bergantung pada industri besar, sedangkan Kawasi masih bergantung pada DBH tambang tanpa optimalisasi untuk kesejahteraan masyarakat.
- Ponggok membangun sistem ekonomi berkelanjutan, sementara Kawasi belum memanfaatkan potensi lain seperti ekowisata atau UMKM untuk meningkatkan pendapatan desa.
- Jika Kawasi ingin lebih maju, pengelolaan DBH harus lebih transparan dan dialokasikan untuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat, bukan hanya bergantung pada sektor ekstraktif seperti pertambangan.
Berikut ini mari kita simak perbandigan Desa Kawasi & Desa Ponggok versi kawasiglobal.id dengan berdasarkan pada faktor pemanfatan peluang di beberapa aspek. Diantaranya sebagai berikut;
Pemafatan Desa Kawasi dan Desa Ponggok

Dari perbandingan di atas, jelas menunjukkan bahwa Desa Kawasi dalam segi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang dihasilkan dari potensi desa, belum dimaksimalkan secara baik. Hal ini berdampak pada minimnya inovasi serta daya kreativitas masyarakat karena terlalu dimanjakan dengan hasil yang didapatkan dari perusahaan pertambangan.
Selain itu, dengan potensi ekonomi dari pertambangan, sebut saja tingginya Dana Bagi Hasil (DBH) mencapai milyaran rupiah, Desa Kawasi harusnya ada pengauatan infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih, dan fasilitas kesehatan masih perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat menikmati pembangunan yang lebih merata. Namun, masih bergantung pada sektor ekstraktif tanpa alternatif ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakatnya.
Perbandingan Pengelolaan Sumber Daya

Secara potensi, Kawasi seharusnya bisa berkembang seperti Ponggok atau bahkan lebih, dengan pengelolaan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan masyarakat. Namun, kenyataannya berbeda. Ponggok berhasil karena:
- Mengelola sumber daya alam secara mandiri melalui BUMDes (Ponggok memanfaatkan sumber daya airnya untuk ekowisata dan berbagai usaha yang dikelola bersama warga.)
- Pengelolaan lingkungan tetap diperhatikan agar tidak ada eksploitasi berlebihan.
- Manfaat langsung bagi masyarakat (Pendapatan dari BUMDes Ponggok kembali ke masyarakat dalam bentuk fasilitas, bantuan, dan lapangan kerja)
Sebaliknya, Kawasi menghadapi:
- Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas (Jika pengelolaan sumber daya tidak dilakukan secara terbuka, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan dan Laporan keuangan yang tidak rutin dipublikasikan bisa menimbulkan dugaan adanya penyalahgunaan dana)
- Minimnya Partisipasi Masyarakat (Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam perencanaan dan pengelolaan usaha dan kurangnya pelibatan masyarakat juga bisa menyebabkan usaha yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan lokal.
- Kurangnya Kapasitas Pengelolah (Pengelola sumber daya desa yang kurang memiliki keterampilan manajerial bisa menyebabkan hal yang dijalankan tidak berkembang)
- Ketimpangan kesejahteraan (Meski ada industri besar, manfaatnya belum banyak dirasakan oleh masyarakat setempat, terutama dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan jangka panjang)
Jika Kawasi ingin lebih baik, maka perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan dari segi manajemen, transparansi, serta diversifikasi usaha. Belajar dari desa lain seperti Ponggok bisa menjadi inspirasi untuk menciptakan ekonomi desa yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Seperti halnya Desa Ponggok, Desa Kawasi memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi desa mandiri dan makmur. Kunci utama keberhasilan terletak pada komitmen pemerintah desa, keterlibatan masyarakat, serta dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. Dengan strategi yang tepat, Desa Kawasi dapat menjadi contoh desa maju yang mampu mengelola potensi lokalnya secara optimal demi kesejahteraan bersama. (red)